Friday, March 7, 2014

Report From Little Tree part.2

I’m not Sherlock plays no Romeo
Cause life is worth more than a Ho
Can’t solve this puzzle I know the answer no

So what’s with you and your radio ?
Sending signals not clear where to go

Play the game won’t get no T.K.O
Can never let myself run out of ammo
Just like Barney acts cool the Rebound Bro

Yeah wished I was Matt Parkman cause that way I’ll be a hero
But I can’t even know if you have plus one or a zero

Hey girl I’d like to wrap it up with you but it aint end with O
Just like XOXO or the word popo

Passenger may success singing Let Her Go
But my success is to not let you go

( I want O – Hendro Prasetyo )


So it’s been two weeks since I landed my ass on one of the most beautiful Island in the world named Bali. And it’s been two weeks minus two days ever since I have been working on a whole new project of designing a Public Space in Makassar.

Yeah, two days after my arrival, I went to my office for the first time. A wooden and bamboo made small office located in a place called The Little Tree. After a short Introduction to the studio and a bit “Zing…” moment, my 30 something year old principle finally came with his curly shoulder-length hair and his police-like glasses hanging on his shirt neck. He shook my hand, introduced himself, and invited me to join in his Skype meeting with a client from Makassar.

Ya, tanpa banyak basa-basi, si pak principle langsung aja gitu ngajak saya meeting dengan klien via Skype. Saya yang notabene anak baru langsung aja dapet satu projek sendiri buat ngedesain sebuah Public Space plus Club House di sebuah residensial di Makassar bernama Insignia. Yang menarik adalah, si Principle ternyata termasuk aliran Gila, suka main-main , dan coba-coba dalam mendesain.

“ yeah, I think this project is gonna be fun. We can play around with the design and design some crazy stuff here. “

Begitulah kira-kira arahan pertama si bapak untuk saya dalam menegerjakan projek ini. Lantas ia menunjukan konsep masterplan yang sudah terlebih dahulu ia kerjakan untuk kemudian saya develop sesuka hati. Dan semenjak itulah, 2 minggu berlalu cepat hingga akhirnya, setelah beberapa kali trial and error , accept and rejection, titik dua kurang buka dan titik buka kurung tutup munculah sebuah konsep desain yang telah disetujui oleh ketiga belah pihak. Saya. Charlie the Principle. Dan Pak Wijaya sebagai perwakilan klien. Tiga orang yang kebetulan memiliki selera gila untuk bisa menerima desain seperti ini.


The Masterplan [Property of Inspiral Aarchitect]


The Crazy-Fun Design in Animate Version
[Property of Inspiral Aarchitect]


Sempat merasa terlalu Frank Gehry -ish, Saya kemudian mendesain 2 alternatif lain untuk projek ini hingga akhirnya saya mengajukan tiga alternatif. 2 alternatif yang saya memang suka, dan satu alternatif yang entah kenapa si pak boss bisa bilang “it’s also a legitimate alternative” meskipun saya sendiri sudah bilang kalau saya ga suka sama desainnya.



The Crazy-Fun Design in Perspective Concept Sketch
[Property of Inspiral Architect]

The Crazy-Fun Design in Elevation Concept Sektch
[Property of Inspiral Aarchitect]

The Alternative [Property of Inspiral Aarchitect]

The Alternative [Property of Inspiral Aarchitect]

The Alternative [Property of Inspiral Aarchitect]


If this is just a competition entry or any college assignment, then I’ll be entirely satisfied with what I’ve done. But the thing is, this is a real life situation. What I draw, what I design, is going to be built. Yeah, B.U.I.L.T. So instead of felling satisfied, I’m feeling more afraid and excited of how things is gonna be.

I may going to have to draw the detailed engineering drawings myself since we don’t have drafter in the office. And I have completely no idea of how I’m going to supposed to draw those things. So yeah, I’m screwed. But I’m Psyched !



The Sculpmbrella - Alternative Version
The Alternative [Property of Inspiral Aarchitect]

The Sculpmbrella - Chosen Alternative
[Property of Inspiral Aarchitect]

The Dining Area - Undeveloped Version
[Property of Inspiral Aarchitect]


Anyway, Inspiral Architect is literarily expanding itself quite much at the moment. Setelah si jenius ini, kami baru aja kedatangan dua orang baru sebagai Intern, yang keduanya adalah bule. Satu seorang Intern pria di bidang marketing dari Jerman bernama Andy. Dan satu lagi seorang Intern wanita di bidang arsitektur dari Hungary bernama Andy. Ya, saya ga salah ketik. Dua-duanya memang bernama Andy.

So, we’re still expanding. There will be 4 more spots to fill. So if you’re interested, just send out your portfolio to info@inspiralarchitects.com like real soon. Maybe, just maybe if you’re going to be accepted, you’ll be assigned to help me develop the design for more, and of course draft the drawings. So yeah, come send your portfolio. I’d really like to see any of you here soon. Especially you ! no ! not you ! but you. yeah, even tough I know that you said that you just want to have a future in Design, and not architecture, But still. Just try and send. We’re playing with design here.

Well, I guess that is all the report for now. Guess It’ll be quite long before my other report. If you’ve just finished your final assignment and is currently enjoying your after project moment, please enjoy. If you’ve just graduated and is currently looking for job, then duhh~ lots offer out there. Just go out and choose one. If you’re currently studying in college, then God Forbid you are not enjoying that. It’s like the best time of your life. So if you haven’t enjoyed it, go out from your cage and do something crazy-responsible-fun. You may not have much time. And if you’re like me working in any office. Just enjoy your job, your office, your office mates, and your boss. If you can’t, QUIT.

Shoot I’ve said too much stuff already, that’s it I’m signing out. Bye Folks !

Sunday, March 2, 2014

Report from The Little Tree

Konon katanya, Tuhan menciptakan alam semesta dalam 7 hari. Yaa tujuh hari. atau seminggu. Tapi saya gamau membahas hal-hal merepotkan semacam itu untuk kali ini, melainkan Saya cuma mau sedikit bercerita tentang 7 hari pertama saya, di Pulau Dewata, sebagai arsitek.

So how did I got here ?

Jadi sekitar 5 bulan lalu, atau tepatnya di penghujung bulan Oktober, saya yang sudah resmi lulus tapi belum di wisuda, mencari tempat berkarir di beberapa kota selain Jakarta. Dan Bali adalah salah satu pilihannya. Kemudian dengan memanfaatkan google, saya melakukan penelusuran dengan keyword, “architecture firm bali”. Lalu munculah sebuah studio bernama Inspiral Architects. Setelah saya cek portfolio-nya, dan merasa tertarik, saya yang memang sedang kalap dan centil mencari tempat berkarir, tanpa pikir panjang  langsung mengirimkan email ke employment@inspiralarchitect.com. Hal yang 4 bulan kemudian saya ketahui sebagai sebuah destined mistake.

28 lamaran dan 4 bulan kemudian, ditengah-tengah 2 proses seleksi karir yang tengah saya jalani, berderinglah telephone genggam saya dan muncul nomor tak dikenal dengan kode area bali dan suara wanita di ujung sambungannya. Suara yang kemudian menjelaskan bahwa mereka tertarik dengan portfolio saya dan berminat merekrut saya sebagai bagian dari tim mereka. Selang satu hari kemudian, sang principle yang seorang British dengan aksen kentalnya meng-interview saya via telephone dan menanyakan beberapa hal mulai dari your biggest ambition, sampai, your favorit architect, hingga akhirnya di akhir pembicaraan dia berkata, “so, I’ll see you on Monday 24th ?”  and three seconds plus one beat of a doubt after I said, “yes. I’ll see you

And so I’m here now. In Bali, as part of Inspiral Architects.

The Little Tree

The Cafetaria of the Little Tree


Inspiral Architects yang notabene merupakan sebuah studio arsitektur muda mengingat usianya yang baru sekitar 4 tahun, terletak di sebuah gedung kece dengan konsep green yang syahdu bernama “Little Tree”.  Sebuah studio kecil beranggotakan 8 orang arsitek, 1 orang MEP engineer, 2 orang admin, dan 1 orang principle asli british, bernama Charlie a.k.a Eci a.k.a Charlie van Houten.

Charlie yang bisa dibilang masih tergolong bocah jika dibandingkan principle lainnya yang usianya udah cukup legendary, dengan ketenangannya membawa Insipral Architects sebagai studio dengan Projek-projek yang lumayan “unsual” and “daring”. Hingga saat ini, studio muda ini berkembang pesat dan sedang dalam tahap ekspansi lumayan besar-besaran.


The Inspiral Team


Oiya ! tentang Destined Mistake. Jadi sebenernya meskipun di web tercantum secara gamblang bahwa siapapun yang berminat menjadi bagian dari Inspiral Architect boleh langsung email ke employment@inspiralarchitect.com , dalam kenyataannya, email ini gak pernah dibuka. Sampai akhirnya di bulan februari baru untuk pertama kalinya dibuka dan Cuma ada 7 orang aplikan yang masukin dimana salah satunya adalah saya. Usut punya usut, ternyata untuk aplikasi kerja diterima melalui primary email studio ini di info@insipiralarchitect.com.


The Tricky Information


Yahh, Tuhan dengan rencana ajaibnya. Kalau bukan karena 4 bulan masa transisi, mungkin saya akan merasa congkak karena bisa langsung bekerja, kalau bukan karena 4 bulan masa transisi, saya gak lantas mendapatkan berbagai kesempatan seleksi kerja menarik seperti misalnya direct assessment-nya Indonesia Mengajar, dan mendapat tawaran menarik dari PT Cowell yang proses seleksinya berlangsung di Yogya dan membuat saya bisa menyelesaikan beberapa loose ends, serta memberanikan diri mengucapkan “sampai jumpa” secara personal biarpun cuma via sms.

Anyway, living in Bali this first week is pretty fine. Sempat terdampar selama 2 jam tanpa kejelasan di Jalan bernama namanya saat pertama tiba di Bali, dan bolak-balik Kuta tanpa tujuan yang jelas di dua hari pertama. Hidup sudah mulai menemukan titik-titik kejelasannya sekarang. Good office mates, good place to stay even if it’s pretty far from the studio, good foods with fair price. And if everything goes well, which I hope very much will, I plan on living, working, and studying here for two years. So, wish me luck and Godspeed!

Sebelum sampai Bali, saya menyempatkan diri main ke Yogyakarta yang saat itu sedang dirundung butiran debu untuk menghadiri wisuda dan pelepasan my bro(s), membuat trailer untuk entry buronanfilm, dan mengurus surat rekomendasi beasiswa. Entah karena kotanya, atau satu dua orang penduduk (sementaranya), yang selalu memanggil rindu, meskipun hanya bermain seminggu, saya tetap merasa agak berat meninggalkan Yogya (yang rencaannya For Good) untuk ketiga kalinya.

Maybe, this is just maybe, it’s because I know or I feel that there’s one good “seed”, that if I stay a little bit longer, and put some good touch on, will grow fast and big it’ll give one good “fruit”.

In which what I mean by the “seed” is her, and the “fruit” is happiness.  

#sedap!

Oiya ! tolong bantu saya yaa biar film saya bisa dikasih dana produksi 500 juta rupiah dan kesempatan tayang di jaringan bioskop tanah air. Caranya gampang. Klik linknya, login via facebook or twitter, confirm email, dan klik jempol di kiri bawah videonya. Yang madep ke atas bukan kebawah.