Friday, January 31, 2014

Budaya Buaya eps.2 : Budaya Gagal Move-On

" Saya bukan orang yang apatis terhadap budaya. Saya hanya cukup kritis memilih mana yang budaya, mana yang kebiasaan. Mana yang harus dilakukan, diteruskan, dan dilestarikan, mana yang harus ditinggalkan "

- Hendro Prasetyo, 2014


as quoted from Budaya Buaya part.1, saya bukan apatis, hanya kritis. Dan kali ini bahasan saya mungkin akan dicela oleh para kaum konservatif (itu juga kalo mereka baca).

Budaya buaya, mungkin bukan judul yang paling tepat untuk bahasan kali ini, karena yang saya akan bahas, merupakan budaya asli sebagian kecil dan terpencil dari Indonesia yang menurut saya benar-benar harus segera ditinggalkan, karena ­­tergolong non-sense dan bisa dibilang primitif.

Seperti yang dulu suka ditampilkan di acara Ethnic Runaway salah satu TV swasta yang kini menjadi pionir acara joged-joged. Di Indonesia, masih banyak banget suku terpencil yang hidup jauh di dalam hutan, atau diatas dan diantara bukit. Sebutlah misalnya, suku Dayak, suku Asmat, suku Anak-Dalam, dan satu yang pernah saya kunjungi, masyarakat Kampung Naga.


Suku Asmat | sumber


Mereka adalah bagian dari Indonesia, tapi bukan bagian dari Indonesia. Kenapa ? karena mereka punya sistem kehidupan sendiri yang sama sekali berbeda dengan sistem kehidupan pada umumnya. Kalo, di Indonesia april nanti akan ada pemilu, mereka tentunya ga akan ikutan nyoblos. Yaa, jangankan ikutan pemilu, terdaftar dalam sensus penduduk saja rasanya tidak. 

Pakan, Sandang, Papan. Begitulah kebutuhan dasar hidup yang kita pelajari sewaktu SD. Karena hidup jauh di dalam hutan, tentu mereka hidup dengan cara sendiri, cara-cara yang berdasarkan apa yang saya tonton di acara ethnic runaway, masih tergolong primitif.

Untuk pemenuhan kebutuhan dasar Pakan, seperti yang kita pelajari dulu di kelas sejarah, salah satu ciri masyarakat primitif adalah hidup dengan cara Berburu dan Mengumpulkan, atau semaju-majunya, bercocok tanam. Dan hal ini masih dilakukan oleh suku-suku pedalaman tersebut. Bahkan ada isu, bahwa suku dayak tertentu juga melakukan Kanibalisme, yang tentunya akan sangat sulit dibuktikan, mengingat semua saksi hampir pasti juga merupakan korban dan sebagai korban tentunya mereka telah berubah menjadi makanan sehingga tidak bisa menyampaikan kesaksian.

Secara sandang, suku-suku tertentu masih sangat ketat memegang ajaran leluhurnya, sehingga mereka berpakaian layaknya masyarakat primitif. Yah, kalian tahulah pasti seperti apa yang saya maksud. Dalam kasus tertentu, ajaran leluhur mulai ditinggalkan, misalnya Suku Mentawai, yang “berpakaian” dengan cara mentato seluruh tubuhnya. Keturunan terakhir dari suku Mentawai kini tidak lagi mau mentato seluruh tubuhnya, dan lebih memilih menggunakan pakaian. Sebuah keputusan yang cukup tepat menurut saya, karena ini berarti mereka telah berpikir lebih maju dari senior-seniornya.

Terakhir, untuk kebutuhan tempat tinggal atau Papan, karena mereka hidup jauh didalam hutan, tentunya tempat tinggal mereka masih menggunakan bahan-bahan yang bisa mereka temukan di dalam hutan dan secara arsitektur, dibuat sesuai ajaran dari leluhur mereka.

Selain tiga hal itu, keprimitifan mereka juga ditunjukan secara kepercayaan karena masih menganut animisme dan dinamisme atau yang lebih dikenal sebagai kepercayaan terhadap roh nenek moyang.

Seperti yang saya bilang, bahasan saya kali ini mungkin akan dicela oleh kaum konservatif. Kenapa ? karena menurut saya, semua hal yang telah saya sebutkan diatas harus ditinggalkan ! menurut saya, seharusnya suku-suku pedalaman seperti itu di zaman seperti ini harusnya hanya bisa ditemui di museum, atau buku sejarah.

Pemerintah, cendekiawan, dan kaum rohanis harusnya mulai perlahan masuk kedalam dengan cara-cara yang bisa diterima masyarakat lokal, dan mengajarkan hal-hal yang sesuai dengan perkembangan zaman. Anak-anak disana, seharusnya tidak dibiarkan berjalan-jalan di hutan, tapi masuk ke sekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka yang tertinggal seharusnya diajak maju, sehingga bisa menysuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Kondisi mereka yang masih minim informasi, sesungguhnya merupakan hal yang baik. Karena ini artinya banyak hal yang masih bisa diajarkan kepada mereka. Kebenaran yang sebenarnya ! bukan kebenaran yang telah dibengkokan oleh masyarakat modern demi pemenuhan nafsu mereka.

Mereka masih bisa diajarkan Islam yang sebenarnya yang benar-benar berakar dari Al-Qur’an. Masih bisa diajarkan tata cara pembangunan yang baik dan tidak merusak alam. Pun begitu dengan keterampilan-keterampilan yang bisa mengembangkan diri mereka, serta berbagai hal secara sosio-emosional, sehingga mereka bisa menjadi masayaralat yang bukan hanya mengejar ketertinggalan dari masayarkat modern, tapi bahkan lebih maju dari masyarakat modern.

Lalu bagiamana dengan budaya mereka ? seperti yang saya bilang diawal, pilih yang mana yang budaya, yang mana yang kebiasaan, yang mana yang ditinggalkan, yang mana yang diteruskan dan dilestarikan.

Seperti misalnya, budaya mentato seluruh badan dari suku mentawai. Untuk apa dipertahankan ? apakah ada keuntungannya bagi kehidupan mereka ? apakah sehat secara medis ? apakah mengkhusyukan secara rohanis ? apakah baik secara sosio-emosional ? apakah menguntungkan secara komersial ? Apakah ini benar-benar budaya ? atau sekedar kebiasaan yang diturunkan secara turun temurun dari leluhur ? jika memang turunan darimana asalnya ?


Suku Mentawai | sumber

Sering saya dengar bahwa cerita turun temurun dari leluhur itu umumnya berasal dari mimpi atau wangsit yang diterima oleh pemimpin pertama kaum mereka, yang kemudian terus diajarkan kepada masyarakat dan keturunannya. Ingatlah bahwa setan akan senantiasa menyesatkan manusia dengan cara apapun. Pernahkah kalian terpikir bahwa wangsit adalah bisikan setan sehingga suatu kaum akan sesat secara turun temurun ?

Suku mentawai hanya salah satu contoh. Begitu banyak suku-suku pedalaman di Indonesia yang hidup dalam kesesatan. Itu karena mereka tidak terjangkau oleh para penjelajah dan misionaris pada jaman penyebaran agama dan kebudayaan. Mereka yang hidup jauh didalam hutan, masih tertutup dan bahkan menutup dirinya dari Informasi. Zaman sekarang sudah tidak akan ada lagi Nabi, jadi sudah merupakan kewajiban bagi kita untuk mengajarkan kebenaran pada mereka yang belum tercerahkan.

Lebih maju dari masyarakat modern (yang tidak kalah sesat). Itulah target yang harus dikejar dalam usaha menyampaikan informasi bagi masyrakat di pedalaman. Akulturasi budaya asli, dengan cara hidup modern. Hasilnya pasti akan baik.

Mimpi belaka. Palsu. Dalam konteks inilah Budaya Buaya part.2 ini berkisar. Karena target pencapaian kemajuan budaya masyarkat suku pedalaman hingga lebih maju dari masyarakat modern nampaknya tidak akan pernah menjadi nyata.

Guru sejarah SMA saya pernah mengajarkan bahwa fakta sejarah menyatakan urutan berkembangnya masyarakat itu mulai dari Primitif, Kerajaan, baru Pemerintahan. Jika sekarang saja mereka belum sampai ke tahap kerajaan dan tidak ada usaha untuk memajukan dan mengembangkan diri, maka mungkin sampai tiba saatnya Isa kembali turun ke bumi nanti, mereka akan tetap pada keterbelakangan mereka.

Tulisan saya mungkin terlalu acak dan sulit dimengerti. Yah, kalian coba baca lagi saja jika belum mengerti. Haha. Pada akhirnya saya hanya mau bilang, Indonesia itu begitu luas. Punya ribuan budaya asli, dan masih saja diinfiltrasi budaya asing. Kalian harus bisa memilih mana yang ingin kalian ikuti dan teruskan ke anak-akan kalian. Mana yang budaya, mana yang kebiasaan. Save the Culture, Leave the Lifestyle !

Budaya Buaya eps.1 : Bu(d)aya Bekas Jajahan

Ibu :
dik, kalau sudah besar mau jadi apa ?

Adik :
Mau jadi koruptor bu

Ibu :
Haah !?

Adik :
Iya bu, kemarin adik lihat di berita, jadi koruptor itu enak lhoo bu.
Bisa punya mobil-mobil yang kaya adik suka lihat di game, keren-keren lhoo bu.

Ibu :
Tapi kan koruptor itu jahat dik, nanti kamu di penjara lhoo

Adik :
Ih gapapa ! kan enak bu di penjara. Gausah kerja
Adik bisa bawa semua mainan adik kedalam penjara.
Playstation, Laptop, Ipad, adik tinggal pilih aja mau main game dimana
Kalo bosen, adik tinggal minta izin sama pak penjaga buat jalan-jalan keluar.
Kan bisa gitu juga bu.

Ibu :
Tapi dik..

Adik :
Ahh, ibu tenang aja, adik pasti akan jadi koruptor hebat !
Adik akan rajin belajar dari sekarang !


Sekitar 3 hari lalu, disela-sela berita banjir dan tayangan joged-joged yang menjamur syahdu di televisi, ada berita tentang penyitaan mobil-mobil mewah milik seorang tahanan KPK bernama Wawan. Nama yang cukup ndeso jika dibandingkan dengan kekayaan yang dimilikinya. Tercatat, mulai dari land cruiser, sampe Rols Royce berhasil disita KPK karena dicurigai merupakan hasil korupsi.

Ya iyalah hasil korupsi ! aparat Negara duit segitu darimana !? Cuma koruptor sama Batman yang bisa sekaya itu  !

Dari situ saya terpikir, kalau aja dari saya kecil dulu saya udah kenal sama yang namanya koruptor, pasti saya bercita-cita jadi koruptor. Bayangin aja bro, mobil mewah segitu banyak kalau sekedar jadi Arsitek mau nabung gila-gilaan sampe jajan cuma seribu sehari juga kayanya ga akan kebeli. Apalagi jadi arsitek yang kerja di biro Arsitek. Kalo kata mas Darto mah, Ha-E-double eL-O, HELLO !?

Bicara budaya, berarti bicara apa yang diajarkan secara turun temurun. Hal-hal yang tentunya populer dan dilakukan karena dianggap benar oleh kebanyakan orang dalam skala lingkungan tertentu, yang umumnya diajarkan semenjak kita kecil.

Cium tangan misalnya. Saya sering dianggap gak sopan karena enggan cium tangan kecuali sama orang tua saya. Ini adalah salah satu budaya yang gak jelas darimana asalnya, tapi terus menerus diajarkan karena dianggap sebagai bagian dari sopan santun. Kalau ketemu orang yang lebih tua, pokonya cium tangan ! waktu saya SMA dulu, seorang ahli pendidikan dari Swedia mampir ke sekolah saya dan dicium tanganin sama murid seisi sekolah setelah ikutan Upacara bendera. Dia terus bertanya-tanya, ini maksudnya apa ? kalo di Negara saya, yang kaya gini nih namanya penjajahan lho. 


Jaman masih baikan | sumber

Ya ! P-E-N-J-A-J-A-H-A-N ! menurut analisis jenius saya, budaya cium tangan itu asalnya dari situ. Budaya gila hormat ! ketika orang yang satu merasa lebih tinggi derajatnya dari orang lain, dan orang yang lain merasa derajatnya lebih rendah dari orang yang satu.

Indonesia dijajah Belanda 3,5 Abad ! itu setara sama 6 keturunan dengan asumsi satu keturunan berusia 60 tahun. Selama itu, setiap ketemu Londo, orang Indonesia mesti harus menunjukan rasa hormat. Sebelum penjajahan, Indonesia juga menganut sistem Kerajaan. Yang namanya kerajaan, pasti mengenal sistem kasta. Jadilah itu budaya cium tangan muncul. Sebagai bentuk rasa hormat, atau rasa tunduk sama orang lain.

Nah ! karena saya gamau begitu aja tunduk sama orang lain, dan menundukan orang lain begitu saja kepada saya, saya ga lagi meneruskan budaya atau yang saya yakini sebagai kebiasaan cium tangan.

Budaya lain yang juga muncul sebagai akibat dari penjajahan adalah makan Junk food. Bukan Mc.D atau KFC. Tapi Junk Food yang literary Junk Food. Jeroan, Tulang, Ceker, Kepala, Brutu, Otak, dan bagian lainnya yang mestinya masuk ke tempat sampah atau jadi makanan ternak.


Tengkleng Solo | sumber

Budaya makan Junk Food ini muncul karena semua premium cut dari sapi dan ayam adalah jatah Londo atau keluarga kerajaan. Sedangkan rakyat hanya bisa makan sisa-sisanya seperti yang telah saya sebutkan tadi. Dan karena ini berlangsung begitu lama, jadilah hal yang sesungguhnya naas ini mentradisi dan malah jadi makanan Tradisional.

Mbok kalo mau jadiin makanan tradisional tuh kaya Rendang lhoo, kan pake daging. Jadinya diakui sama seluruh dunia sebagai makanan terenak. Yaa. Terenak. Bukan ternak.

Sebenernya masih banyak yang bisa dibahas kalo masalah budaya bekas jajahan ini, tapi kali ini saya akan mencukupkan setelah bahasan akan budaya (slash) kebiasaan minum teh manis berikut.

Tau ga kalian kalo budaya minum teh manis itu sebenernya merupakan solusi Londo buat ngejaga stamina pekerja Rodi ? Jadi, jamannya rodi dulu, Londo mikirin gimana caranya biar pekerja tetep kuat ngerjain jalan Anyer – Panarukan tapi dengan biaya ngirit. Nah karena jaman dulu belum ada Agung Hercules ngiklanin Extra Joss, dan coklat mahal, Londo lantas konsultasi sama dokter. Rekomendasi dari mereka adalah gula ! karena gula emang bener-bener bisa berubah jadi energi. 


Apapun Makanannya, Minumnya Teh Manis | sumber

Disitulah muncul kebiasaan minum teh manis. Karena kalo ngasih air gula atau gula doang kan aneh, makanya Londo nyampurin sama teh. Biar terkesan baik juga, karena teh aslinya memang minuman bangsawan. Tapi gulanya dibanyakin. Jadi lebih kaya gula pake teh, daripada teh pake gula.

Kebiasaan ini lantas menerus sampe sekarang. Kalo makan di tempat makan hampir pasti sajian minuman utamanya Es Teh atau Es Jeruk. Dua minuman yang sebenernya ga baik dikonsumsi bersamaan dengan makanan karena menghambat penyerapan gizi dari makanan yang kita konsumsi. Tapi yaa namanya kebiasaan, ibaratnya kalo kata inul mah, makan minumnya ga teh manis, bagai sayur tanpa garam, kurang enak kurang sedaaapp~~~

Lantas apa hubungannya sama kisah cita-cita diawal ?

Saya yakin kalian pasti inget jaman masih bocah dulu, cita-cita populer antara menjadi dokter, polisi, atau astronot. Itu hal yang ga jelas datangnya darimana, tapi begitulah yang kita pelajari. Padahal masih banyak hal keren lainnya yang bisa jadi cita-cita, Arsitek misalnya. Haha.

Nah, banyak hal gajelas datangnya darimana seperti itu yang kita pelajarin waktu anak-anak dan terbawa sampe dewasa. Kalian coba inget baik-baik, dan mulai pertanyakan. Mungkin beberapa diantaranya menyesatkan seperti air mata buaya.

Air mata buaya. Entah salah apa Buaya sampe air matanya dikaitkan dengan kepalsuan dan kepura-puraan. Pun begitulah Budaya Buaya. Palsu ! Bukan budaya, tapi hanya kebiasaan yang karena berlangsung begitu lama jadi terbiaskan menjadi budaya.

Well, saya bukan orang yang apatis terhadap budaya. Saya hanya cukup kritis memilih mana yang budaya, mana yang kebiasaan. Mana yang harus dilakukan, diteruskan, dan dilestarikan, mana yang harus ditinggalkan. Indonesia adalh Negara luas yang memiliki ragam budaya, ribuan bahkan. Dan seakan kurang, karena banyaknya Negara yang menjajah Indonesia dijaman perdjoangan doeloe, budaya Indonesia semakin diperkaya oleh pengaruh budaya-budaya pendatang.

Next time, saya akan bahas lebih dalam lagi terkait budaya buaya. Sementara itu, kalian cek aja dulu nih budaya (slash) kebiasaan orang Indonesia yang kalo belum dilakuin, berarti belum Indonesia. 





Thursday, January 16, 2014

Arogansi, Evolusi, dan Homo Sapiens

“ Kalo teori Darwin itu benar, dan Manusia memang merupakan Evolusi dari Monyet, maka suatu saat Manusia akan berada di Kebun Binatang dan menjadi tontonan bagi Evolusi dari Manusia seperti halnya sekarang Manusia menjadikan Simpanse, Orang Utan, dan Gorila tontonan di Kebun Binatang. “

Dalam bahasa lain, begitulah yang disampaikan oleh Christopher Boone seorang penderita sindrom Asperger dalam buku The Curious Incident of the Dog in the Night time yang ditulis oleh Mark Haddon. Sebuah buku tua berwarna Pink Seru yang saya temukan beberapa hari lalu di “perpustakaan” rumah saya yang tidak terjamah kecuali oleh saya.

Pernah kebayang ga sih suatu saat gitu Evolusi Manusia (Manusia 2.0) yang tentunya akan lebih canggih dan lebih cerdas dari manusia sekarang akan memasukan manusia ke kebun binatang mereka dan berkata “ Look, they can take their own food from that puzzled box !“ or “ Look, they can even cook them into something completely different ! “




Manusia 2.0 begitu excited melihat kecerdasan Manusia yang sudah tersingkirkan dari peradaban utama. Kemudian mereka juga mempelajari manusia dari pelajaran-pelajaran sejarah seperti sekarang kita mempelajari manusia purba baik itu Meganthropus atau Pithecantropus. Dan jika kita sekarang mengenal manusia jaman dulu dengan kehidupan Berburu dan Berkebun, maka suatu saat nanti Manusia 2.0 mengenal manusia sekarang dengan istilah kehidupan Mengeksploitasi dan Merusak.  

Yaa, karena memang itulah yang dilakukan oleh manusia sekarang. Dengan mengesampingkan fakta adanya pencinta Alam yang berteriak-teriak mengkampanyekan Go Green dan Global Warming, utamanya memang kehidupan manusia sekarang sekedar mengeksploitasi Alam dan merusaknya.

Manusia itu makhluk sombong. Merasa paling sempurna di Bumi ini. Padahal dihadapkan dengan seekor Ular berbisa saja pasti panik minta ampun. Jangankan ular, banyak diantara manusia yang bahkan takut dengan makhluk se-Harmless cicak.  Sedikit neurotoxin dari cobra dan manusia akan mati dalam hitungan menit, sejilat lidah Komodo dan manusia akan merintih kesakitan di sekujur tubuh, tapi tetap saja dengan begitu arogan dan sombongnya manusia merasa paling sempurna. Berbekalkan pasak bumi, eskavator, traktor, dan gergaji mesin mereka merusak dan membangun pusat-pusat hedonisme.

Disisi lain, manusia juga sadar bahwa dibalik arogansinya sebagai makhluk paling sempurna, manusia adalah makhluk paling insecure di muka bumi. Itulah kenapa manusia membuat Senjata. They say it’s for Defense. Well, people create Shield for Defense !

Selain insecure, Manusia juga ga pernah puas dan bersyukur. Itulah kenapa di film-film banyak manusia berkekuatan super. Manusia yang bisa terbang, mengeluarkan laser dari mata, berubah jadi raksasa hijau yang entah kenapa celananya juga bias ikut meraksasa sementara pakaian lainya hancur, hingga manusia yang bias menyembuhkan diri secara kilat.

Well, Tuhan bukan tidak mampu menciptakan manusia dengan kekuatan super seperti itu. Hanya saja, manusia pasti akan jauh lebih arogan dengan kekuatan itu. From Great Power Comes Great Responsibility. Unfortunately, lots of people are not Responsible. Kekuatan canggih bukan akan membawa pada kebaikan, tapi pasti lebih banyak keburukan.

Anyway, bicara tentang evolusi, saya memiliki satu perspektif unik dalam memandang Alay. Saya melihat bahwa Alay pada dasarnya adalah usaha manusia untuk berkembang menjadi lebih kreatif. Sayangnya, karena berbagai faktor, yang utamanya faktor lingkungan, proses ini berubah menjadi proses Mutasi. Yaa. Jika orang-orang kreatif adalah Evolusi atau pengembangan dari Manusia, maka bagi saya, Alay adalah Mutasi dari gen Kreatifitas manusia. Pun begitu dengan apa yang dikenal sebagai Hipster, Decora, dan Gothic.




Sebagai seorang yang beragama, saya tidak mempercayai adanya evolusi. Karena tidak mungkin untuk mempercayai agama sekaligus mempercayai Evolusi. Terutama Evolusi Manusia. Yang saya coba sampaikan melalui tulisan ini adalah, sadarlah manusia bahwa kalian bukan apa-apa. Berhenti bersikap arogan dan merasa paling sempurna. Berbagi ruanglah dengan Alam dan seisinya, karena kita diciptakan untuk Memimpin, bukan Menguasai.

Dalam buku yang sama Chrisptopher juga menyampaikan bahwa, ketika ia melihat ke langit maka ia merasa lebih tenang tidak peduli masalah apapun yang ia hadapi. Bukan, bukan karena alasan melancholis atau desperately romantic. Tapi karena ia sadar bahwa sebesar apapun masalahnya, tidak ada apa-apanya dibandingkan besarnya alam semesta.


Sunday, January 5, 2014

[13] Plus 1

It was 5:13 AM, the first sun rise of 2014. You were there at the center of my shot, standing in a straight line with the sun. Just beautiful as always. I’ve finally built up enough courage to stand next to you. You looked at me, smile, and turn back into enjoying what God has painted for us. It was perfect. For a moment, it seems like there were just us and the beauty of the scenery in silence.  I was lost in my thoughts, until you finally said something.
You :
Beautiful

Me :
Yeah, as always

You :
It’s just lovely, you know. No matter we go, this particular scenery we’ve been hunting is just always made me fall in love.

And we broke into another silence. I was lost deeper into my thoughts. My heart was racing and my mind was scrambling. You leaned your head upon my shoulder, and suddenly everything stopped. The thoughts, the heart beats, even the time. I didn’t know what was driving me, but I had your hand held to mine. You looked at me, I looked at you.

Me :
You know what else is always beautiful and lovely ? You.

You :
(smile)

Me :
I’m serious.

You :
You’re an idiot.
(look back to the sun rise)

Me :
I’m a serious idiot.

You :
(laugh lightly)

Me :
And I love you.

You :
(look back to me in shock)
What ?!

Me :
You heard me.

You :
No ! I didn’t just hear you say “I love you”

Me :
That’s what I said. I love you. And I meant it.
I mean it.

You :
You’re crazy !

Me :
I thought I was an idiot.

You :
No ! be serious you, damn it ! You Are Crazy ! you know I have a boyfriend.

Me :
Oh yeah ? where is he now ? in fact, where has he been the whole time ?
You’re the crazy one. You have a boyfriend and yet you’re always with me.

We fell into another silence. Dead air. Your head were no longer leaned on me but your hand was grasping mine hardly. I took a deep breath.

Me :
You know what, forget it. I’m sorry, I shouldn’t have said so. I’m sorry, I’ve ruined this moment.
I’m sorr…

You :
Please. No more sorry.
I should be the one who feel sorry. Both for myself and you.
I’ve actually broken up with him about a month ago.

Me :
Wait, what ?!

You :
That’s why I’m doing this. Because I want to forget how stupid I was to be with him at the first place.
More to that, I want to be happy.
Seeing all these sun rises with you, it makes me happy.

Me :
Do you still want to be happy ?
Like, like with me ?

You turned your head from that beautiful sun rise shining up your lovely face with a yellowish tone. Just blend perfectly with your skin. Our eyes met. You smiled, nod lightly. You laughed, and leaned your head back to me.

***

Well, Selamat tahun baru 2014 + 5 hari. Seperti yang saya selalu lakukan setiap tahunnya di blog yang mulai karatan karena jarang diurus ini, tahun baru berarti review dan resolusi. Lantas hubungannya apa sama script yang perfectly hopeless romantic diatas ? Jawabannya. Ga ada ! haha. Saya cuma gatau mau bikin karya spesial tahun baru apa kali ini. I had no idea what to draw, or what to film, so I wrote this story instead. Seenggaknya temanya masih seputar tahun baru.

Anyway, satu kata yang paling pas menggambarkan 2013-nya hendro prasetyo adalah “Vacant”. Yap ! “vacant” , kosong. 2013 hidup saya cukup didominasi masa-masa menganggur yang saya isi dengan kesibukan buatan. Agenda wajib di 2013 nyatanya cuma tugas akhir. Dan itu cuma makan waktu sekitar 6 bulan dimana 2 bulannya adalah revisi skripsi yang saya kerjakan secara males-malesan. So, dari 12 bulan yang tersedia, saya cuma resmi sibuk sekitar 4 bulan. Sisanya ? “Vacant”.

Lalu apa yang saya maksudkan dengan kesibukan buatan ? kesibukan buatan adalah kesibukan yang saya buat-buat agar tetep produktif dikala menganggur. Sesuai resolusi saya tahun lalu, saya mau memulai kehidupan karir saya di tahun 2013. Jadi semua kesibukan buatan saya tahun lalu adalah kesibukan yang sejalan dengan jalan karir saya. Mulai dari membuat film, beberapa materi grafis, sampai pencapaian tebesar karir saya sejauh ini, membuat web untuk Artdicted Studio.

Selain web, 2013 adalah jelas tahun tersibuk dalam karir perfilman saya. Tercatat 7 film berhasil saya selesaikan hanya di sepanjang tahun 2013 + 3 hari. Itu diluar 2 film yang saya buat untuk presentasi tugas akhir saya, dan 2 film untuk presentasi film Project 2009. Ya, produktif sekali bukan ?

Bicara tentang karir, di 2013 yang juga merupakan tahun kelulusan saya, masih banyak hal yang gagal saya capai. Artdicted Studio masih belum cukup berkembang untuk menjadi jalan karir saya, dan saya masih melayang-layang tentu di ruang tanpa gravitasi, tanpa tahu kemana saya harus mengarah selanjutnya. Nyatanya sampai tulisan ini dibuat, saya masih berstatus pengangguran. Yaa, cukup sangat menyedihkan. Bahkan untuk manusia dengan tingkat kejeniusan seperti saya, mencari kerja yang bisa menjadi karir ternyata tetap susah.

Sama susahnya seperti mengharapkan perkembangan Indonesia. Setiap tahun saya mengeluhkan kondisi Indonesia dalam berbagai aspek. Kali ini, saya ga akan melakukan itu lagi, karena yang akan saya keluhkan masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Fiuh~

Resolusi 2014 ? entahlah. Seperti yang saya sudah tuliskan sebelumnya, saat ini saya sedang melayang-layang tak tentu di ruang tanpa gravitasi. Hampa. Kosong. Vacant.

Plus 1. Hanya sebatas itu saya bias menggambarkan keinginan saya. Sebuah tambahan bagi kekosongan yang sedang melanda saat ini. Plus 1 to my career life, Plus 1 to my achievement board, Plus 1 to my life. 2013 has gotten its plus 1 and become 2014. It’s all blur, I don’t know what, I don’t know who, but I know I need plus 1(s).