Wednesday, December 24, 2014

Sharing is not always Caring

“Idiots went public, because Idiots let them big.”

Okay, so I finally went really nuts over idiots who keep pressing that share button, without fully understand and fully seek for the truth of the news. I don’t know what drive them to do that. I see that some desperate (and when I say desperate, it’s actually me playing it soft over saying stupid) what is so called Journalist write and spread these kind of news for money, but what you guys ? what are you looking for ? LIKES ? RETWEETS ? are you that desperate (and when I say desperate, it’s actually me playing it soft over saying stupid) of a little acknowledgement in your life that you would do anything for it ?

Are you ?

Am I ?

Okay, so maybe you think that, this kind of news, everybody should know, this is very important for their life. So without further ado, without first seeking for the truth, you HIT THAT SHARE BUTTON ! HIT ‘EM HARD !

“And then what ? do you orgasm after that ?”

I may have play it really hard this time, well it’s because I’m angry (as always, like Dr.Banner’s secret) that I really want to kick some ass with these words. I remember one time I posted one of the best idea of my life in facebook, and it says,

“Unfortunately, in facebook there is just poke facility. I wished there was Kick, it’s pretty good you know, to be sent to those who share news and long status updates like they are the smartest, the wisest, and the people of the year. It’s like, Hendro Prasetyo just send you a Kick. A notification that shows up when your smart-(but not smartly used) -phone suddenly vibrates and sends impulses that your brain translates as a sensation of a kick.”


In case, it’s hard for you to understand, just see the pic below.




It was on 27th July, it’s like five months ago. I remember that was the months of election where fanboys from each side went on a sharing spree over news of both candidates. I was about to feel happy that those times finally over, and I thought that facebook will get back to place where people write on each other’s wall, sharing their shitty love life, and upload their super selfie. I was about to sing the happy song and dance the happy dance, but then I was wrong ! It went worse !!!

Now, people share everything like they’re the know it all. Religions, politics, health, idiocy, every little kinds of thing that they believe will be useful to the life of the society, they share.  So, thank you ?

I know that it’s your birth right to share everything your ass wants in the social media, and you shall use that. But, before you do that, please be a dear and seek for the truth first. And, be the dearest by considering this first before the first,

There are zillions of hoax and irresponsible news, posts and thoughts here in cyber world. So please do care what you share. If you don’t understand completely about it, don’t ! just don’t !

If you’re not a doctor, or a medical researcher, do not ever share anything about health, because you sure don’t understand about it. If you’re not a master of tafsir, don’t youd are share anything regarding religions, you can mislead someone else. And don’t get me start on politics, even politicians don’t understand the hell they’re doing. They just went straight to senayan, sit their ass off on a million worth chair that they cheated the prices on, and do dafuq they want. Gossiping, sleep, scream their lungs out over what they so called the sounds of people, texting, sexting, watching porn, and God knows what else.

The point is, if you’re not something you are, don’t try to be smart by sharing things you think will be useful to someone else. What you think, is not always the right thing. Again, you can mislead someone else.

Fiuh~~

Idiots went public, because idiots let them big.

I think it’s enough that we have people like Arya Wiguna and Vicky Prasetyo went big and public over their idiocy, isn’t it ? So please people, do care what you want to share. I don’t know since when we become a country where we debate over saying Merry Christmas in social media, a country that is so scary that we won’t let loose a little mistake people do that we mass bully them here in cyber world.

“But who am I to Judge ?”

I mean where does our tolerance go ? I believe it’s not wrong to just say a little congratulations to those who celebrate and happy, but in the opposite, I think it’s really wrong to mass-bully those who made a little mistake in their life.

At last, I just want to say that I know that it’s really tempting to hit that share button. And just like what I’ve mentioned, you have every birth right to do that. But then again, please do care what you share. Because Sharing, is not always Caring.



My name is Hendro Prasetyo, the Principal (no longer the principle thanx to ucup) of Artdicted Studio, Merry Christmas to all Christians and Catholics, Selamat Hari Raya Kuningan to all Balinese, and happy holiday to all of you. Have a Bad Ass end of the year, and have yourselves a badaboom load of Love ! *smooch


Thursday, October 16, 2014

[Not] The Country of Idiots. [Aren't We ?]




“Semakin lama Negara ini semakin seram. Semacam tidak lagi menyisakan ruang untuk berbuat salah”

Sebagai masyarakat dunia maya Indonesia, kalian pasti masih ingat dengan kasus adik yang duduk di kursi prioritas, mbak path spbu, dan bapak presiden walk out. Mass-cyber-bullying. Rasanya cukup ironis bagaimana Negara yang dikenal ramah dan santun bisa dengan begitu kompaknya mem-bully masal melalui media sosial, mereka-mereka yang berbuat salah di tengahmasyarakat.

Yaa, mereka memang salah.Tapi, apa harus begitu cara menegurnya ? apa kalian-kalian yang menjadi bagian dari aksi ini, sudah merasa begitu sempurnanya hingga kalian dengan gagah berani ikut andil dalam aksi ini ?

Perfct | Sumber


Butuh 400 kali berpikir ulang hingga akhirnya saya mantap menulis postingan ini. Yap! Adalah karena saya juga seorang brengsek dan bukan seorang teladan yang “dinabikan” di tengah masyarakat yang rajin diciumi tangannya dan apalagi seorang tokoh agama alim ulama yang air cucian kakinya diminum karena dipercaya membawaberkah, sehingga sayaber-hak untuk memberikan wejangan dan apalagi mengkritisi perilaku kehidupan bermasyarakat kalian. Tapi yasudahlah, mungkin kalo disampaikan oleh seorang brengseks epertisaya, pesan-pesan di postingan ini bisa jadi lebih ngena.
Mungkin.

“Ikhlas dan Khusyuk. Cuma satu kata tapi susahnya luar biasa”

Adalah karena dicurangi oleh sebuah sarana pengisian bahan bakar umum di jl.Sunset road, Bali, saya jadi termotivasi untuk membuat tulisan ini. Sulit rasanya mengikhlaskan bagaimana uang yang seharusnya cukup untuk memenuhi tangki bensin nyatanya hanya sanggup mengisi setengahnya. Tapi kemudian saya berpikir,

“yasudahlah, setiap orang brengsek dengan caranya masing-masing.”

Bagi pemilik SPBU ini dan karyawannya, brengsek adalah mencurangi pengisian bensin hingga setengahnya. Bagi orang lain brengsek mungkin adalah teriak-teriak dengan sorban putih melarang penayangan spongebob, tapi ikut joged di acara dangdutan tetangga yang lagi ngerayain sunatan anaknya yang hobi nonton spongebob. 

Bebas.


Tapi lebih lanjut lagi saya berpikir, “kalau semua orang brengsek dengan caranya sendiri, dan orang brengsek gak berhak untuk mengingatkan orang brengsek lain, maka yang akan terjadi adalah brengsekception” kalau begini, lantas kapan kebrengsekan ini akan berakhir ?


Versi Santai
Versi Santai tapi di Vandal

Versi Komedi | Sumber
Versi Gak Santai | Sumber
Versi Super Gak Santai | Sumber
Versi Salah Grammar | Sumber
Versi Are You Kidding Me ? | Sumber




Saya gak tahu yaa gimana kondisi di Negara lain, tapi di Negara saya, dimana-mana rasanya ada tulisan seperti itu. Mulai dari versi yang paling sopan, versi template, versi salah eja, sampe yang versi ekstrimis-kejam-tajam-mempesona seperti image pembuka postingan ini. Pertanyaan saya adalah “apakah kita se-bodoh itu hingga akhirnya harus selalu diingatkan apa yang memang seharusnya kita pahami danlakukan dalam kehidupan bermasyarakat ?”

Sekedar info, peringatan di fotodi atas paragraph di atas berlokasi di kantor tempat saya berkarir. Sebuah kantor yang dengan tegas dan percaya diri melabelkan dirinya “cerdas lingkungan” ,sebuah kantor yang notabene isinya adalah arsitek dan orang-orang yang seharusnya cukup cerdas dan berwawasan lingkungan untuk tahu untuk tidak melakukan apa yang diperingatkan melalui kertas peringatan seperti tercantum digambar tanpa harus diperingatkan dengan kertas peringatan.

Kenyataan Pahit

Kenyataan Pahit

Kenyataan Pahit

Kenyataan Pahit

Kenyataan Pahit


Saya suka berpikir seperti ini “buat apa sekolah tinggi-tinggi kalo buang punting rokok di tempat yang bener aja ga bisa ? buat apa sekolah arsitektur belajar tentang estetika tapi buang sampah masih sembarangan ? buat apa belajar PPKn, PKn, atau Kewarganegaraan sampe 13 tahun ++, kalo ngantri yang rapi aja gabisa ?” 

Emangsih, gaksemua yang ada di Negara ini bisa beruntung mengenyam pendidikan sampai sekolah tinggi, ada bahkan yang sangat kurang beruntung sampai sekolah dasar aja gabisa, tapi, saya rasa itu bukan alasan untuk gak bisa secara sadar memahami hal-hal sederhana yang memang seharusnya dilakukan dalam bermasyarakat. 

Saya yakin kita bisa menjadi bangsa yang cerdas. Kalau kita bisa cukup cerdas untuk mensiasati peraturan seperti bapaknya Bene Dion yang melatih anjingnya untuk bisa buang sampah di area bertuliskan “Dilarang buang sampah disini kecuali Anjing”, maka ga ada alas an buat kita untuk bisa cukup cerdas untuk secara sederhana membuang sampah di tempat sampah, mengantre dengan tertib, rapi, sabar dan bijaksana, tidak membunyikan klakson di persimpangan yang jelas-jelas macet sedetik setelah lampu hijau bersinar dan atau 1 menit setelahnya sekalipun, dan sejuta hal-hal sederhana lainnya di kehidupan bermasyakarakat.




Sekalilagi, setiap orang brengsek dengan caranya sendiri, untuk terjadinya sebuah perubahan, yang harus dilakukan bukanlah saling tegur, saling gontok-gontokkan sesame brengsek, dan apalagi, mem-bully massal di media social mereka yang secara terang-teranga melakukan ke-brengsek-an.

Ngaca !

Lakukanlah refleksi diri. Seperti yang disampaikan mas Jeko, kalau kalian ingin membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik, lihatlah diri kalian sendiri, dan lakukanlah perubahan.

Dan sebagai bahan refleksi, berikut saya sajikan sebuah “semacam motion graphic” yang mungkin diantaranya adalah kalian pelakunya.



Nama saya Hendro Prasetyo, atas nama Artdicted Studio, saya mengucapkan,

Selamat menonton, selamat merefleksi, selamat berubah.

Sumber

*pencet tombol perubahan di jam tangan.