Thursday, December 20, 2012

Studio Terakhir


" It's Funny how Three and a Half Year seems so fast while An Hour and a Half in Structure and Construction class feels like forever "

Studio Terakhir. 7 semester, 13 Tugas Desain, dan entah berapa tugas maket komposisi. Lagi - lagi dari mahasiswa culun yang seminggu dua kali dateng ke studio sambil wondering mau ngapain dengan apa lagi hari ini, sampe ke mahasiswa senior yang datengnya lebih ga tentu dibandingin dosen pembimbingnya. Dari plastisin, karton studio, stik es krim, tusuk gigi, tusuk sate, ivory, sampe stocking udah dicobain. Dan kemarin, 19 desember, dua hari sebelum hari yang diisukan sebagai hari akhir, buat saya dan sebagian besar teman seangkatan, resmi berakhir juga studio terakhir.

Rumah Sakit Jiwa, sekitar 5 bulan lalu, rasanya lumayan excited ketika bisa nulisin nama di daftar peserta studio tematik dua dengan tema ini. Proses yang lumayan panjang dan literary menyakitkan hati sampe akhirnya kemarin di "Display" sama si Boss untuk terakhir kalinya dan dibilang Lumayan.

"Kemajuanmu wes lumayan" - Si Boss


Poster Display Perdana
Ga kebaca ? Klik biar GEDE

Remember the Junkie post titled JUNK! ? Well this is one hell of a process. Ini gambar-gambar pertama yang disiapin buat display pedana sama si Boss. ga banyak mikir, asal bikin, yang penting keliatan keren. Hasilnya ? Diejek dan dibantai sama si boss.






" seko gambar-gambar kui, sing endi sing menurutmu paling apik ? " 

tanya si Boss ke temen-temen yang dijawab dengan diam, dan akhirnya beliau jawab sendiri, "sing kui-kui iki toh ? " sambil menunjuk empat gambar diatas.

yang kemudian dialanjutkan dengan mengejek 5 gambar dibawah. gambar-gambar yang  sebenernya dibikin buat meng-impres si Boss, yang sayangnya dibuat tanpa pikir panjang.


Interaction Court

Mbuh

Psychiatry

Commercial Area

Amphitheatre

Belajar dari kesalahan pertama, desain yang kedua dibuat dengan lebih banyak pertimbangan. Lebih mikir, terutama secara funsgi dan proporsi bangunan. Well, di desain yang perdana saya secara luar biasa bodoh membuat bangunan dengan panjang sekitar 100 meter. What a Tool... 


Revised Psychiatry

Employees Dormnitory

Aerial View 

Drug Rehabilitation Center

Niatnya lebih mikir, hasilnya ? diejek lebih parah sama si Boss. Desain rehab centernya bahkan dibilang kaya DAM, atau dalam bahasa lain biasa disebut bendungan. Desain yang lebih dipikir ini, nyatanya dibilang kalah menarik sama desain yang pertama, walaupun si Boss menekankan pada fungsi desain pertama yang mbuh nggo ngopo.


Poster Display Ketiga/Semacam Final
Ga kebaca? Klik biar GEDE

Resminya ini poster buat Display kedua yang diselenggarain bareng satu studio. Tapi khusus buat kelompok si Boss, bisa dibilang ini poster buat display akhir. Kami bahkan udah diminta buat maket. Sesuai saran si Boss, saya membuang desain kedua dan mepertimbangkan kembali desain pertama. Tapi karena saya bingung dengan status mbuh nggo ngopo, saya memutuskan buat ngedesain dari awal lagi, dengan sedikit mepresedenkan desain pertama. Hasilnya ? setelah beberapa kali kecewa, dan sakit hati plus sedikit merasa perlakuan tidak adil, akhirnya untuk desain yang satu ini, si boss bilang,

" Lhoo ko Apik ? , Nggon-mu ? " sambil menunjuk ke maket dan lalu ke saya, kemudian setelah satau anggukan lemah dari saya, beliau mengakhiri kalimatnya hanya dengan mengangkat jempol .

Puas rasanya kalo kerja keras kita diapresiasi sama orang lain. 

Aerial Kawasan

Aerial Kawasan

Display ketiga sama si Boss emang hasilnya memuaskan, tapi berikutnya, begitu di display di hari yang sama, sama dosen pengujinya, saya, atau lebih tepatnya kami mati kutu. Yaa, saya dan teman-teman dibantai dengan pertanyaan seputar standard dan analisis mendalam yang sama sekali ga pernah disinggung sama si Boss.


Sport Hall

Education Center Tower

Mosque

Another revision of Psychiatry

Kaya yang udah dibilang sebelumnya, display ketiga secara produk sebenernya udah mencapai level display final, jadi untuk display final yang sesungguhnya, saya cuma nambah beberapa detail 3D aja. Ga penting emang.

Display sama dosen penguji terakhir juga kelompok kami lagi-lagi dibantai sama dosen penguji. Dan entah harus dibilang beruntung atau sial, saya dapet giliran sebelum terakhir. Ngeliat satu demi satu teman saya dibantai sampe speechless dan bisanya cuma cengar-cengir panik berharap semua segera berakhir, saya untuk pertama kalinya ngerasa takut di Display. Untungnya, dengan giliran terakhir, saya bisa belajar dari teman-teman saya, dan menjelaskan konsep saya secara runtun. Dan si dosen penguji hanya mengiyakan sampe akhirnya presentasi saya dipotong di  seperempat jalan. Minus pembantaian yang terjadi sama teman-teman saya. 

Pikiran saya pun mendua antara berpikir si dosen mikir "okay, this one is good" sama "okay, i've heard enough of your crap!" , dan setelah display terakhir yang terjadi secara singkat dan wusshhh~ pada teman saya, si dosen mengumpulkan kami semua untuk final review. Di awal beliau mengucapkan kekecewaannya pada kelompok kami atas minimnya analisis kami dan lemahnya konsep beberapa di antara kami. Tapi kemudian, beliau mengungkapkan bahwa beliau lumayan happy dengan One Stop Psychological milik saya, karena terlepas dari Eksterior bangunan yang beliau ga sepaham, konsep yang saya sangat jelas, dan terarah secara baik sampe ke desain saya. Dan ada satu lagi miliki mba senior yang juga beliau puji karena juga memiliki kejelasan konsep dan integrasi fungsi bangunan dalam kawasan tersebut. 

Versi si Dosen penguji, desain saya memang yang paling jelas. Tapi versi si Boss, Juaranya tetap si konsisten-selalu-mendapat-bulat-dari-si-Boss, dan saya, cuma ada di level Lumayan. Baik secara desain, ataupun Progress. 

Berakhir Begitu Saja. Setiap habis display, itu yang selalu ada di kepala saya. Semua usaha untuk ngelembur kerja keras mendesain, meproduksi, melayout, dan memaket, kemudian berakhir begitu saja. Proses, dan penghakiman, 7 semester, 13 Desain, Puluhan Ide, Ratusan lembar sketsa dan konsep serta jam kerja, 19 Desember, resmi Berakhir Begitu Saja.

* Si Boss adalah Dosen Pembimbing saya, seorang yang literary Boss dengan omset perusahaan diatas 5 miliar per-tahun

Saturday, December 8, 2012

Menentukan Arah


Mahasiswa tingkat akhir. Ga kerasa udah hampir 4 tahun sejak pertama kali jadi mahasiswa baru yang botak dan culun. Dulu, di kuliah perdana, saya inget banget ada semacam pre-caution dari dosen tamu saat itu yang bilang bahwa seiring sama naik tingkatnya mahasiswa arsitektur, akan semakin terdegradasi juga mahasiswa yang bertahan dengan cita-citanya sebagai arsitek.

And it's true.

Dulu, di kuliah itu ketika ditanya siapa yang mau jadi arsitek, hampir semua , atau bahkan semua orang diruangan itu angkat tangan dengan penuh semangat dan keyakinan. Sambil mungkin di kepalanya akan muncul sedikit kesombongan dan ego yang ngeremehin statement si dosen tamu. Tapi sekarang, si dosen itu pasti bisa dengan sombongnya berkata. "Gue Bilang juga apa..." hahaha!

Menentukan arah, mungkin itu yang paling sering berputar-putar di kepala saya dan teman-teman se-angkatan saat ini. Mau ngapain , mau kemana, mau jadi apa setelah lulus nanti ? Saya emang baru denger dari beberapa temen yang secara kecewa menyatakan menyerah pada cita-cita arsiteknya.  Tapi kalo ngeliat dari kondisi perkuliahan sehari-hari, studio yang hampir selalu kosong, mahasiswa - mahasiswa yang Cuma ada naamanya di presensi, kenyataan bahwa banyak yang sudah menyerah ga bisa dipungkiri lagi.

Merubah arah mungkin lebih tepatnya. Dari dosen sampe jadi girlband, atau sekedar menjadi ibu rumah tangga dengan gelar ST, keinginan untuk jadi arsitek mulai digeser berbagai pilihan.

Buat saya sendiri, jadi Arsitek masih merupakan cita-cita yang harus dikejar. Tapi.....

Entah karena salah passion atau emang dasarnya suka seenaknya, saya merasa hidup saya lebih nyaman dan menyenangkan ketika hari-hari saya diisi sama project yang beda-beda dan betapapun itu menyita waktu dan pikiran, saya tetep ngerasa excited buat ngejalaninnya. Dan tugas kuliah saya sebagai mahasiswa arsitektur nyatanya ga membuat saya lebih excited dibanding bikin film, bermusik, berfotografi, jadi graphic designer, sampe bikin web cuma bermodal cd tutorial dan keberaninan buat ngawur coba-coba.

Yaa, hal-hal itu yang malah menjadi fokus saya diatas skripsi/pra TA, studio, dan kuliah ga seru saya. Dan itulah yang akhirnya mengisi hari-hari saya. Dan membuat saya ngerasa lebih hidup. At least when i was really into it, or them.

Well, since I've mentioned them already, You might as well have a chance to enjoy them. And here they are.


Let's begin from this so called conceptual photography of my class. Konsepnya sederhana, foto hitam putih, masing-masing orang berekspresi dan ngebawa property sesuai karakter masing-masing. Sesuai dengan stigma yang muncul dari keseharian mereka di mata temen-temen lain. Walaupun saya sempet lumayan murka karena banyak dari mereka yang ngebuat saya ngerasa ga dihargai padahal udah mau repot-repot nyiapin buat sesi foto mereka, hasilnya, sangat memuaskan. 66 dari 96 mahasiswa di angkatan saya berhasil saya foto. Dan 80% diantaranya, buat saya sangat berhasil secara konsep dan outputnya.








Lanjut ke web design. Ini project sebenernya udah jadi project lamis dari entah kapan yang akhirnya berhasil saya mulai juga. Saya buatnya pake template Joomla, terus di modifikasi dikit bermodalkan ke-sok tahuan yang untungnya berhasil. Secara Offline ! Dari masalah paling simple kaya gimana caranya biar align tulisannya justified,  cara masukin gambar dan ngeposisiin. Sampe yang lumayan bikin stress adalah gimana caranya masukin video. Semua masalah akhirnya berhasil diselesain dengan trial and error. Tapi lagi-lagi, secara offline!


Home Page Versi Localhost

Halaman Architecture Veris Localhost

Halaman Film & Photo Versi Localhost


Halaman Graphic Design versi Localhost


Halaman Music versi Localhost


Domain udah kebeli, yang bahkan buat belinya harus bermasalah dulu. Begitu web-nya diupload ternyata malah muncul tulisan web-offline. Dan dengan dibantu sama mas-mas admin dari dijaminmurah.com, akhirnya webnya bisa online. Tapi blog sectionnya error. Dan itu masalah scripting yang saya ga ngeti parah. Akhirnya minta bantuan kesana-sini dan sampe sekarang masih belum jelas nasibnya. Fiuhhh~ . Padahal ini web rencananya mau jadi modal buat membangun karir. Tapi malah ga beres-beres sampe sekarang.

Trouble #1 : Web Offline !

Trouble #2 : Blog Section Error

Kondisi Terakhir : DAMN!!

Terakhir, ini project favorit saya selama entah setelah berapa lama. Hasilnya emang belum 100% sesuai bayangan saya, tapi prosesnya dan beberapa hal lain yang didapetin dari proses pembuatan film ini, buat saya sangat menarik, atau bahkan menyenangkan, atau diantaranya.  Okay, jadi ini film fiksi pendek pertama yang saya buat dibawah bendera artdicted films. Studio film punya saya sendiri. Dibantu olga elisa utomo buat nulis scriptnya, dan temen-temen dari angkatan 2011 yang namanya bisa kalian cek di credit, film ini akhirnya selesai dengan judul cakrawala dan telah dikirm ke jakarta buat ikut kompetisi 21 short film festival. 


Dari keputus-asaan shooting pertama dengan pemeran yang actingnya sekualitas si Bolang, percobaan tukar menukar peran, sampe muncul keputusan putus asa buat meranin sendiri, akhirnya film ini menemui titik cerah saat Hafizahmuslim Supriharjo a.k.a Jojon kebetulan ada pas sebelum shooting pertama. Dan dengan casting dadakan, dia berhasil mendapatkan perannya dan menyelamatakan saya dari harus main di film sendiri secara putus asa. 

Dibantu actingnya Jojon yang lumayan mumpuni, Wachyu Nugraha yang tadinya didaulat buat meranin peran yang akhrinya dimainin Jojon mulai berkembang dari acting si Bolang ke acting Panji sang penakluk. Dan terus berkembang sampe ke level yang cukup. Akhirnya, dengan Dissa Pidanti Raras sebagai aktrisnya, terbentuk komposisi yang ngebawa level film ini naik ke level yang lebih baik.

Kaya yang udah saya bilang tadi, selain filmnya saya dapet beberapa hal lain dari film ini. Salah stu diantaranya adalah pemikiran bahwa mungkin arsitektur bukan satu-satunya jalan yang harus saya kejar. Rencana mau cuti kuliah selama satau tahun kedepan yang udah dibangun dari 2 tahun lalu mulai tergeser sama keinginan buat stay di Jogja, dan membangun karir disini. Paling ga bikin 2 sampe 3 film lagi, bukan semata buat kompetisi tapi lebih untuk menghidupi hidup. Bikin sitkom angkatan yang udah jadi wacana selama setahun belakngan. Nyelesain web buat jadi basis ngenalin artdicted studio ke dunia, dan dapetin project-project baru. Sambil sedikit-sedikti nyicil skripsi yang gatau bisa selesai atau ga semester ini. Apalagi kalo ngeliat kenyataan bahwa dari 5 permohonan magang yang udah dikirim belum ada satupun yang dapet respon baik. Film ini mengetuk hati saya buat stay di Jogja.  Atau mungkin hal lain ?

Selain tiga hal itu, ada juga beberapa project-project kecil pengisi hidup lainnya. Dan inilah mereka.

Cartoon Face of KKN Team Mates


After effect Training, Pre-Display Clones

Topi Kritik Arsitektur
Poster Layout by : Hanief Wicaksana

Photograph of Angela Rinta

Udah lama rasanya ga buat tulisan random sepanjang ini. Sama kaya seiring naik tingkat semakin terpikir buat ga jadi arsitek, Semakin menuju akhir tulisan ini semakin saya berpikir kesana.

Architect, Artworker, and Creative Consultant. Those are what i want to be. Still never know which one is the most. But one thing is for sure. When the day i have left this life to another eternal one, or in simple word, when i am dead. I wanted the world to remember me, Hendro Prasetyo, as an Architect, Artworker, and A Creative Consultant who has done lots of works that makes this world and its people Better than now. 

Monday, December 3, 2012

Jawaban

Kecewa itu bukan hanya milikmu
Dan dunia tidak berputar disekelilingmu
Dalam diam-mu kau ingin dimengerti
Memberi dan menerima itu yang seharusnya terjadi
Bukan menuntut dan mempertanyakan
Memahami dan saling menegrti melalui komunikasi
Bukan diam dan menjawab teka-teki
Seperti tidak cukup waktu masih melalui perspektif itu kau  melihat
Tersamarkan bayang dan topeng yang dibuat-buat
Kecewa itu bukan hanya milikmu
Dan dunia tidak berputar disekelilingmu