Monday, October 4, 2010

Rabu Kelabu




It's been quite a along time since my last post and now I have to post a Goddamn bad news. And it's Sucks!

First, this is the very first time I have to write without my notebook Mr. Presario. And even more, I may not again be able write with that Mr. Presario. Why ?

Here comes the real the bad news.

Rabu 29 September, hari yang merupakan rangkaian terburuk dari hari-hari penuh cobaan untuk Hendro Prasetyo. Setelah sekitar 2 minggu diterjang beragam sakit, dan seminggu harus mendekam sendirian dirumah dengan mata yang merah, kelopak menggembung, dan air mata mengalir secara semena-mena. Di rabu 29 September, sekitar pukul setengah 8 pagi, kejadian yang luar biasa buruk terjadi.

Pagi itu, teman saya Hanief bangun dan mencari handphonenya yang entah dimana. Lalu ia meminta saya me Miss Call handphonenya tersebut. Saat itulah saya menyadari bahwa handphone saya juga ternyata Tidak ada. Saya pun berusaha mencarinya, dan saat mencarinya tersebut, saya berjalan ke ruangan dimana Mr. Preseario seharus tergeletak pasrah. Dan ternyata, Mr. Presario juga tidak ada.

Saat saya mengatakan “laptop gw juga ga ada lho” barulah teman saya Hanief menjelaskan bahwa saat ia terbangun Pintu dan Pagar rumah sudah terbuka. Sesaat kami berpikir, mungkinkah kami kecurian? Diantara sejuta rasa tidak percaya dan ketidak ikhlasan, saya pun melihat fakta bahwa Handphone saya dan teman saya tidak ada, dan Mr.Presario pun tak lagi tergeletak pasrah seperti biasanya di ruang tempat ia biasa berada. Saat itulah saya meyakini dengan berat hati, bahwa seorang yang luar biasa brengsek telah masuk kerumah kami di pagi hari, disaat kami sedang terbuai mimpi, beristirahat memejamkan mata, dan kemudian mengambil barang-barang kami tanpa izin.

Masih dalam keadaan luar biasa kesal dan terguncang, saya pun mencoba merekonstruksi bagaimana kejadian tersebut terjadi.

Sketsa Rekonstruksi Oleh Teman Saya Gata


Pukul 5:00 Handhone saya berbunyi untuk membangunkan saya Sholat subuh. Saya pun bangun untuk mematikannya.

Pukul 5.20 Setelah tidur-tidur kecil, saya bangun lagi dan melaksanakan Sholat Subuh. Saat itu kondisi rumah masih baik-baik saja. Semua masih terkunci dan Handphone serta Mr.Presario masih ada.

Pukul 5.30 Saya tidur lagi.

Pukul 5.40 Teman saya hanief bangun juga untuk sholat subuh. Kondisi rumah masih baik-baik saja. Semua masih terkunci dan Handphone serta Mr.Presario masih ada.
Pukul 5.50 Teman saya Hanief tidur lagi.

Pukul 7.30 Teman saya Hanief bangun dan menyadari handphonenya tidak ada. Lalu membangunkan saya dan saya bangun dan menyadari handphone saya juga tidak ada.

Pukul 7.35 Saya menemukan bahwa Mr.Presario tidak lagi ada ditempatnya.

Pukul 7.37 Saya mencoba meyakini bahwa ternyata kami baru saja mengalami Pencurian.

Kami pun berusah berpikir bagaimana cara pencuri tersebut masuk ke rumah kami. Dua hari sebelum kejadian, gembok yang biasa digunakan untuk mengunci pagar hilang. Sehingga pagar tidak bisa dikunci. Dan Karena kunci pintu masih terpasang di pintu tersebut, dan jendela ada tepat disebelah pintu tersebut, kami pun berpikir bahwa si Pencuri tak tahu diri memasukkan tangannya lewat jendela dan membuka pintu dengan kunci yang menggantung di pintu. Lalu bagaiamana cara si pencuri mebuka jendela ? Setelah menelusuri, ternyata jendela rumah kami seperti dijebol, slot untuk kuncinya rusak sehingga jendela tak lagi bisa dikunci. Dan dengan cara itulah sepertinya jendela dibuka.

Setelah masuk melewati pagar yang tidak dikunci, si pencuri bergerak kearah pintu utama. Lalu setelah merusak jendela yang ada tepat disebelah pintu tersebut, si pencuri membukanya, dan memasukan tangannya untuk menjangkau kunci yang masih terpasang di pintu . Lalu kunci diputar, pintu dibuka perlahan. Dan karena kami semua sedang tidur, dia pun dengan bebas mengambil barang-barang kami.

Anehnya, tak ada satupun dari kami yang terbangun meskipun si pencuri sebenarnya beraksi sangat dekat dengan kami. Teman-teman bilang kami di SIRAP. Semacam jurus penidur. Entahlah itu benar atau tidak. Yang jelas dia sangat berani karena mencuri di pagi hari. Dan beraksi begitu dekat dengan kami.

Yang lebih aneh lagi, gembok yang sebelumnya hilangf, tiba-tiba muncul lagi setelah kejadian itu. Si gembok tergeletak ditempat diman saya sebelmunya telah mencari berkali-kali. Dan Gembok itu tergelatk begitu pasrah tidak tertutup apapun. Mungkinkah si pencuri berbaik hati mengembalikannya? Lagi-lagi entahlah.

Kehilangan Handphone dan laptop beserta data-data berharga dan tugas-tugas yang telah saya rintis semenjak liburan, yang mebuat saya harus jatuh sakit sudah sangat berat untuk saya. Tapi yang paling berat adalah, rasa bersalah saya kepada ayah saya yang telah berjuang keras untuk dapat membelikan barang-barang itu untuk saya. Dan ketika saya menghubungi saya untuk memberi tahukan kejadian itu. Ketimbang gusar dengan barang-barang yang hilang. Ayah saya malah mengkhawatirkan saya Seperti bagaiamana dengan data-data di laptop saya, lalu keadaan saya, dan berkata untuk segera mengirimkan saya PC dirumah agar saya bisa kemblai mengerjakan tugas-tugas saya.

Well To think that I have such a great Father, I feel like a super bad Son.

Yahh, begitulah kisah saya. Sebuah Rabu Kelabu. Sebuah rangkaian buruk dari siklus hari-hari penuh cobaan Hendro Prasetyo. Agama saya mengajarkan, Tuhan memberikan cobaan untuk hamba-hamba yang disayanginya. Sebuah kata-kata manis yang membesarkan hati memang. Tapi......